PERKENALANDALAM BAHASA ARAB Disukai Diunduh Dilihat . luring. Penulis: MAINIDAR : Diterbitkan: 31 Juli 2022 08:06 : Jenjang: SMA/MA/Paket C SMA/MA/Paket C, 12, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) Disukai Diunduh . RPPH_Mengenal keaksaraan awal melalui bermain 1 Agustus 2022 15:14. PAUD/TK/RA, PAUD, Tematik PancasilaSebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara. Fungsi ini diataur dalam Pasal 2 UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan bahwa "Pancasila Bahkantidak tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa kehidupan bangsa Indonesia adalah bahasa Islam atau bahasa Arab. Istilah kunci (technical term) di dalam Pancasila seperti "adil", "adab", "rakyat", "musyawarah" dan "wakil" adalah bahasa Islam dan secara konseptual harus dilacak dari bahasa Islam. Delapanserapan kata Arab—juga serapan dari Sanskerta, Yunani, dan Inggris—menunjukkan keterbukaan dasar negara Indonesia. Sebagaimana pesan dalam setiap sila, bahasa dalam Pancasila pun bersifat kosmopolit alias terbuka pada kebudayaan global. Sikap ini dipengaruhi oleh para pendiri bangsa yang memang akrab dengan istilah dan konsep Arab BukankahPancasila banyak memakai kosakata dalam Bahasa Arab, sementara Pancasila tetap menjadi dasar dan ideologi negara Republik Indonesia. "Bukankah dalam Pancasila kata "Adil" tetap ada dalam sila kedua dan kelima. Lalu kata "rakyat" tetap ada pada sila keempat dan kelima, adab pada sila kedua, serta hikmat, musyawarah, dan wakil ArtiIstiqlal dalam bahasa Arab adalah 'merdeka' karena Masjid Istiqlal dibangun sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas perjuangan keras bangsa Indonesia yang berhasil mendapatkan kemerdekaan. Tetapi masih banyak kegiatan masyakarat yang tidak memegang teguh pancasila dalam penerapan di kehidupan, salah satu contoh kasus hKwux. › Dari total 26 kata dalam lima sila Pancasila, terdapat delapan kata yang diserap dari bahasa Arab, yang identik dengan khazanah kebudayaan Islam. Apa saja kedelapan kata itu, apa pula maknanya? Kompas/Hendra A Setyawan Mural bertema Pancasila tergambar di dinding pagar pembatas di kawasan Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa 1/6/2021.Dilihat dari asal-usul kata, bahasa dalam Pancasila cukup beragam. Selain Melayu yang diikrarkan menjadi bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda tahun 1928, kelima sila itu juga menyerap sejumlah kata asing, seperti Sanskerta, Yunani, Inggris, dan Arab. Catatan ini akan fokus membahas delapan kata Arab dalam kata tersebut adalah adil dan beradab dalam sila kedua; kerakyatan, hikmat, permusyawaratan, dan perwakilan sila keempat; serta keadilan dan rakyat sila kelima. Apa akar dan makna dari tiap-tiap kata itu? Berikut penjelasan singkat satu per satu kata yang disarikan dari beberapa sumber, antara lain Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam, Al-Ma`aniy, dan Al-Munawir.`Adil, aslinya `adil, merupakan isim fa``il subyek dari kata kerja ’adala-ya````dilu-``adlan-`adalatan. Dalam serapan bahasa Indonesia, adil lebih lekat sebagai kata benda masdar-nya adalah `adl atau `adalah. Dalam bahasa Indonesia, kata benda dibentuk dengan menambahkan awalan ke- dan akhiran -an keadilan. Bentuk subyek dan kata benda yang asli dalam bahasa Arab telah bergeser saat diserap ke dalam bahasa `adl diartikan sebagai sikap seimbang atau tepat. Ungkapan wad````u syaiin fi mahallihi meletakkan sesuatu pada tempatnya kerap digunakan untuk menafsirkan kata ini. Kemanusiaan yang adil pada sila kedua Pancasila dapat dipahami sebagai prinsip memperlakukan manusia secara sama, sederajat, tanpa sila kelima, keadilan sosial menekankan asas bahwa semua penduduk hendaknya memperoleh persamaan perlakuan dalam berbagai bidang berasal dari kata adab. Artinya, sopan santun, tata krama, atau budi pekerti. Dengan awalan ber-, beradab, kata ini bermakna memiliki atau berlaku sesuai karakter sopan. Sering juga ditemukan kata peradaban untuk menggambarkan kemajuan tatanan kehidupan. Adapun kata biadab malah berarti sebaliknya, yaitu tanpa dan rakyat berakar dari kata yang sama, ra’iyyat. Artinya, sekumpulan orang atau penduduk, atau komunitas yang terpimpin. Makna ini selaras dengan ujaran terkenal bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpin rakyat mengarah pada konsep yang sepenuhnya bermuara pada rakyat. Pada sila keempat, kerakyatan dipahami sebagai prinsip yang mengutamakan rakyat. Pada sila kelima, seluruh rakyat mencakup penduduk atau semua warga hikmat merupakan kata benda turunan dari kata kerja hakama-yahkumu-hukman-hikmatan. Hikmat berarti pengetahuan mendalam tentang hakikat sesuatu. Ini merupakan bentuk tunggal. Bentuk jamaknya, hikam atau sini, kemudian muncul istilah ahli hikmat yang dalam budaya Nusantara sering dilekatkan pada seseorang yang memiliki kemampuan melihat sesuatu lewat mata batin yang melampaui mata awam. Secara semantik, konotasi ini tidak terlalu sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dapat dipahami sebagai prinsip bahwa pemimpin harus memiliki bekal pengetahuan mendalam atas segala sesuatu yang digunakan secara arif, cermat, dan hati-hati. Jika sungguh-sungguh memegang prinsip hikmat kebijaksanaan, pemimpin akan dapat menghindari sikap sewenang-wenang, apalagi hanya mengutamakan kepentingan kelompoknya atau diri ARIYANTO NUGROHO Beberapa peserta aksi Peringatan Hari Lahir Pancasila di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat, mengenakan baju adat, Selasa 1/6/2021. Dalam aksi itu, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kagama Depok dan Komunitas Harmoni Warna Indonesia ini membagikan stiker bergambar Garuda Pancasila kepada para pengendara yang melintasi jalan. Mereka juga menyanyikan lagu ”Garuda Pancasila” dengan iringan rebana di tepi jalan juga ”Kurban” atau ”Qurban”, Mana Penulisan yang Benar?Permusyawaratan berasal dari kata musyaawarah yang dibentuk dari kata kerja syaawara-yusyaawiru-musyaawaratan. Kata ini diserap oleh bahasa Indonesia dengan maksud pembahasan bersama dengan menghargai berbagai pendapat dalam memutuskan suatu perkara. Dari perspektif ini, kemudian dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis semakna dengan perwakilan, yang diserap dari wakil, merupakan ism fa`il subyek dari kata wakala. Artinya, utusan atau orang yang mendapat kuasa untuk menggantikan orang atau sekelompok orang lain dalam satu urusan. Kata ini kemudian juga dinukil untuk nama Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan berarti lembaga atau dalam permusyawaratan/perwakilan pada sila keempat dapat dipahami bahwa kepemimpinan negara ini ditangani oleh lembaga yang mengedepankan prinsip musyawarah dan perwakilan. Semua keputusan mempertimbangkan dan ditentukan oleh suara rakyat melalui orang-orang yang terpilih sebagai utusan yang memperjuangkan kepentingan serapan kata Arab—juga serapan dari Sanskerta, Yunani, dan Inggris—menunjukkan keterbukaan dasar negara Indonesia. Sebagaimana pesan dalam setiap sila, bahasa dalam Pancasila pun bersifat kosmopolit alias terbuka pada kebudayaan ini dipengaruhi oleh para pendiri bangsa yang memang akrab dengan istilah dan konsep Arab yang identik dengan kebudayaan Islam. Maklum saja, sebagian anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI yang menyiapkan dasar negara, seperti Soekarno dan Mohammad Yamin, juga mempelajari literatur Islam. Maka, agak aneh jika sebagian kelompok di negeri ini masih ngotot saja mempertentangkan Pancasila dengan aneh jika sebagian kelompok di negeri ini masih ngotot saja mempertentangkan Pancasila dengan juga Tawfiq Ramadan al-Bouti Jangan Biarkan Ekstremisme Membesar EditorAloysius Budi Kurniawan “Pancasila Arab” Kang Tohir المبادئ الخمسة ١. الألوهية المنفردة ٢. الإنسانية العادلة المهذبة ٣. وحدة إندونيسيا ٤. الشعبية ٥. العدالة الاجتماعية Ini adalah Pancasila versi terjemah bahasa Arab yang dikutip dari buku “Majmu’at Ashriyyah fi al-Lughah al-Arabiyyah – Bahasa Dunia Islam” Karya Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Allah yarham. Beliau adalah pendiri dan pengasuh pertama pesantren Darullughah Wadda’wah Dalwa Bangil Pasuruan. Lembaga pendidikan yang konsen dalam pembelajaran bahasa Arab dan keilmuan Islam. Ustadz Hasan panggilan akrab beliau adalah salah satu pejuang bahasa Arab di Indonesia. Karya-karyanya yang mayoritas bertemakan bahasa telah banyak digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran bahasa Arab di banyak pesantren nusantara, baik tradisional maupun yang modern. Kontribusinya dalam “Nasyru al-Lughah al-” Arabiyyah” penyebaran bahasa Arab tidak lagi di ragukan. Bahkan namanya termasuk dalam jajaran ulama bahasa Arab di Indonesia yang dirilis oleh buku “Dalil Ulama al-Lughah al-Arabiyyah wa al-Bahitsin fi Ulumiha fi Indonesia”. Sebuah buku “semi biografi” yang ditulis oleh beberapa akademisi yang dipandegani oleh Prof. Nurul Murtadho, guru besar linguistik Universitas Negeri Malang. Buku itu diterbitkan hasil kerjasama antara Pusat Layanan Internasional Bahasa Arab Malik Abdul Aziz di Saudi Arabia dan IMLA Ittihadu Mudarrisi al-Lughah al-Arabiyyah Indonesia. Dalam buku itu disebutkan nama-nama besar praktisi, peneliti dan pemerhati bahasa Arab, termasuk juga nama-nama ketua organisasi pengajar bahasa Arab di Indonesia. Dalam buku itu hanya disebutkan tujuh nama ulama bahasa Arab, yang salah satunya adalah ustadz Hasan. Nama beliau bersanding dengan nama-nama besar seperti KH. Ma’shum bin Ali penulis kitab “al-Amtsilah al-Tashrifiyyah”, Prof. Mahmud Yunus penulis Kamus Mahmud Yunus, KH. Imam Zarkasyi pendiri Pondok Modern Gontor, KH. Bisri Musthofa penulis tafsir “Al-Ibriz” sekaligus ayahanda KH. Musthofa Bisri atau Gus Mus, KH. Abdullah bin Nuh Bogor, KH. Basori Alwi pendiri Pesantren Ilmu al-Qur’an “PIQ” Malang. Untuk download buku di atas bisa klik link berikut Kembali pada “Pancasila Arab”. Terjemah yang ditulis ustadz Hasan memang terkesan simpel dan pendek. Jika dibandingkan dengan teks Indonesia dalam butir Pancasila maka seakan kurang “sepadan”. Demikian pula ketika dikomparasikan dengan beberapa terjemahan yang datang di era berikutnya. Perhatikan saja misalnya versi Prof. Amani Lubis, guru besar UIN Jakarta yang di publish dalam Journal of Indonesian Islam Vol. 4, No. 2 Desember 2010, berikut ini; المبادئ الخمسة البانتشاسيلا 1. الإيمان بالرب الواحد الأحد 2. الإنسانية العادلة والمتحضرة 3. الوحدة الإندونيسية 4. الشعبية الموجهة بالحكمة و الحصافة في الشورى النيابية 5. العدالة الاجتماعية لجميع أفراد الشعب الإندونيسي. Atau versi Abd. Rahim Arsyad, Guru Besar IAIN Parepare, dalam bukunya “Al-Islam wa al-Syuyu’iyyah fi Indunisiyya”; المبادئ الخمسة ١. الإيمان بالله وحده. ٢. الإنسانية العادلة المؤدبة. ٣. الوحدة الإندونيسية. ٤. الشعبية الموجهة بحكمة الشورى والتمثيل النيابي. ٥. العدالة الاجتماعية لكافة المواطنين الإندونيسيين. Namun di balik “kesederhanaan” terjemah itu, justru ada nilai lebih untuk Ustadz Hasan dan bukunya, Majmu’at Ashriyyah. Pertama, terjemah singkat itu walaupun sesungguhnya bisa dilakukan revisi perbaikan menjadikannya lebih mudah untuk dihafalkan oleh pembelajar bahasa Arab tingkat pemula. Terutama di saat seperti sekarang, di mana butir-butir Pancasila sudah banyak dilupakan orang, tidak hanya redaksinya, tapi bisa-bisa nilai falsafah di dalamnya. Sekalipun setingkat menteri. Kedua, buku Majmu’at Ashriyyah, yang memuat “Pancasila Arab”, itu pertama kali terbit tahun 1980. Artinya, jauh sebelum adanya hingar bingar isu kebangkitan PKI seperti saat ini, ustadz Hasan lewat buku tersebut telah menunjukkan dukungannya terhadap dasar ideologi negara Indonesia itu. Ya, boleh dikata beliau “mendakwahkan” Pancasila melalui bahasa Arab. Dan kendati termasuk Dzurriyyah atau dari kalangan habaib, dari fam Baharun, tidak lantas beliau pro khilafah dan anti NKRI, sebagaimana desas desus yang menghubung-hubungkan pesantren Dalwa dengan ormas yang menjadi oposisi pemerintah. Ketiga, terjemah Pancasila yang ditulis ustadz Hasan dalam Majmu’at Ashriyyah, sependek pengetahuan dan penelusuran kami, adalah yang pertama dibukukan dan dipelajari oleh pelajar bahasa Arab di Indonesia. Meskipun kemudian muncul beberapa versi terjemahan yang mungkin jauh lebih representatif. Inilah nilai lebih itu. Karena bagaimanapun juga “al-Fadlu li al-mubtadi wain ahsana al-muqtadi” Keutamaan itu dimiliki pendahulu, meskipun penerusnya lebih baik. Wallahu A’lam 1 Mei 2020 JAKARTA - Islam telah mempengaruhi budaya Indonesia secara menyeluruh dan mengesankan di segala bidang. Islam terutama sangat kuat mempengaruhi budaya Indonesia di bidang kemasyarakatan dan kenegaraan. Dalam buku berjudul Karya Lengkap Nurcholish Madjid dijelaskan dalam perumusan nilai-nilai Pancasila sendiri, unsur-unsur Islam itu akan segera tampak dalam konsep-konsep tentang adil, adab, rakyat, hikmat, musyawarah, dan wakil. Isi sila keempat Pancasila adalah “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan perwakilan”. Menurut Nurcholish, dapat disebutkan rumusan sila keempat Pancasila itu sangat mirip dengan ungkapan bahasa Arab yang sering dijadikan dalil dan pegangan oleh para ulama, yaitu Ra's al-Hikmah al-Masyurah yang artinya, pangkal kebijaksanaan adalah musyawarah. Pepatah Arab inilah yang digunakan oleh H Agus Salim untuk mengusulkan kosakata hikmah kebijaksanaan dan musyawarah dalam sila keempat Pancasila itu. Dari contoh yang diambil dari rumusan dasar negara itu, menurut Nur Cholis, dapat diketahui unsur-unsur Islam terpenting dalam budaya Indonesia adalah di bidang konsep-konsep sosial dan politik. Negara Indonesia memang bukan sebuah negara yang didirikan untuk satu golongan, tetapi untuk semua yang bertanah air Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan negara didasarkan pada permusyawaratan perwakilan. Dalam urusan kemasyarakatan, menurut Nurcholish, Rasulullah pun diperintahkan oleh Allah untuk menjalankan musyawarah, dan untuk bersikap teguh melaksanakan hasil musyawarah itu dengan bertawakal kepada Allah Q 3159. Sejalan dengan itu, menurut dia, masyarakat kaum beriman sendiri dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai masyarakat yang dalam segala perkaranya, membuat keputusan melalui musyawarah. Menurut dia, masyarakat pimpinan Nabi dan masyarakat pimpinan empat khalifah yang bijaksana adalah masyarakat yang ditegakkan di atas dasar prinsip musyawarah. Dalam tinjauan ajaran yang lebih mendalam, Nur Cholish menjelaskan musyawarah tidak hanya merupakan wujud rasa kemanusiaan karena didasari oleh sikap penghargaan kepada sesama manusia, tetapi juga merupakan wujud rasa ketuhanan atau takwa.

pancasila dalam bahasa arab